WMC|| GAYO LUES – Malam yang pekat di Kecamatan Tripe Jaya, Kabupaten Gayo Lues, akhirnya pecah oleh suara mesin kendaraan dan deru napas para relawan. Program “NasDem Peduli Bencana Aceh” bersama Anggota DPR RI Muslim Ayub berhasil menembus dua desa yang selama ini terputus dari akses, yakni Desa Merindang dan Desa Pasir, Rabu malam (24/12/2025). Jalan yang longsor, tanah berlumpur, dan jurang di sisi kiri kanan tak menghentikan mereka untuk tiba di lokasi yang sudah hampir sebulan hidup dalam gelap.

Begitu melihat kondisi ratusan pengungsi, terutama perempuan dan anak-anak yang hanya berlindung di bawah tenda plastik tanpa penerangan, Muslim tak kuasa menahan air mata. “Ketika melihat ibu-ibu dan anak-anak hidup di bawah terpal tanpa listrik, tanpa fasilitas, saya benar-benar tidak kuat,” ujarnya dengan suara bergetar.
Seorang tokoh gampong tak mampu menyembunyikan haru saat menyambut kedatangannya. “Malam ini kami tidak bisa menahan tangis. Dulu beliau pernah bantu masjid kami seratus juta. Tapi sekarang masjid itu sudah hanyut. Rumah habis, tanah habis. Kami mohon, perjuangkan kami pindah. Kami tidak bisa tinggal di sini lagi,” katanya lirih.
Dua desa benar-benar lumpuh. Rumah warga hilang, sekolah tak lagi berdiri, pesantren hanyut, masjid lenyap dibawa arus. Warga dengan tegas meminta relokasi dan berharap pesan itu sampai ke Presiden Prabowo. “Tidak ada lagi harapan di sini, tolong relokasikan kami,” pinta mereka.
Muslim Ayub mengaku perjalanan menuju wilayah itu memakan waktu hingga empat jam, padahal normalnya jauh lebih singkat. Kondisi jalan rusak berat, akses tertutup, dan yang paling memprihatinkan, warga sudah hampir satu bulan hidup tanpa listrik dan sinyal komunikasi. “Saya benar-benar kecewa. Ini adalah kondisi terparah yang saya lihat. Ada daerah lain yang sulit, tapi tidak separah ini,” kata Muslim.

Ia juga menyinggung wilayah lain seperti Desa Pinding yang bahkan hingga kini bupatinya dikabarkan terjebak karena akses terputus. Menurutnya, situasi ini seharusnya sudah menjadi alarm keras bagi pemerintah.
Meski demikian, Muslim mengapresiasi komitmen pemerintah pusat yang telah menyampaikan rencana pembangunan kembali rumah-rumah warga yang rusak ringan hingga rusak berat. Namun ia menegaskan hal paling mendesak saat ini adalah percepatan relokasi dan penyediaan hunian sementara.
“Warga tidak mungkin lagi tinggal di lokasi ini. Ini berbahaya. Pemerintah harus segera menyiapkan hunian, barak, dan tempat tinggal layak. Apalagi sebentar lagi memasuki bulan Ramadan, mereka harus punya tempat tinggal,” tegasnya.
Ketua pemuda setempat menambahkan, desa mereka nyaris tak pernah muncul di media karena jaringan komunikasi mati total, sehingga penderitaan warga seakan tidak terlihat dunia. “Kami belum dapat bantuan apa-apa. Sinyal mati total, mungkin itu sebabnya kami seperti tidak terdengar,” ucapnya.
Di akhir kunjungan, suasana haru kembali pecah. Warga memanjatkan doa agar para relawan dan kader NasDem diberi kesehatan dan kekuatan. “Bantuan ini tidak bisa kami balas dengan materi, hanya doa yang bisa kami berikan,” kata warga.
“Bersabarlah. Ini berat, tapi kita tidak boleh menyerah. Yang jelas, wilayah ini harus direlokasi. Ia berharap pemerintah segera membuat hunian yang layak bagi masyarakat terdampak, khususnya sekitar 500 kepala keluarga yang kini masih bertahan dalam kondisi serba terbatas. “Semoga ikhtiar dan perhatian pemerintah dapat memberi harapan baru bagi saudara-saudara kita di sini,” tutupnya.








