WMC|| Madiun, – Pagi ini, suara riuh anak-anak SDN 2 Randualas mendadak hening ketika seorang pria berseragam TNI masuk ke dalam salah satu ruangan kelas. Bukan untuk melatih kedisiplinan atau PBB seperti yang kerap dilakukan, tapi untuk sebuah misi yang tak kalah penting: menyelamatkan masa depan anak-anak dari luka yang tak tampak akibat bullying.
Dialah Serma Sugiarto, Babinsa Randualas dari Koramil 0803/07 Kare, yang dikenal tak hanya karena kedisiplinannya sebagai prajurit, tapi juga karena kepeduliannya terhadap dunia pendidikan. Dalam beberapa minggu terakhir, ia aktif mendatangi sekolah-sekolah untuk menyampaikan sosialisasi penting yang bertajuk stop bullying.
Dalam sosialisasinya, ia menerangkan bahwa tindakan bullying dapat berdampak negatif jangka panjang bagi para korbannya.
“Korban bullying bisa mengalami trauma jangka panjang. Mereka jadi takut sekolah, prestasi menurun, bahkan bisa kehilangan kepercayaan diri,” ujar Sugiarto di SDN 2 Randualas, Desa Randualas, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Selasa (22/7/2025).
Tak sekadar menjelaskan definisi, ia juga mengajak siswa mengenali berbagai bentuk bullying. Mulai dari fisik seperti menendang dan memukul, hingga kekerasan verbal dan sosial seperti ejekan, ancaman, pengucilan, dan penyebaran fitnah.
Yang menarik, Sugiarto tak hanya menyampaikan bahaya bullying bagi korban. Ia juga menyinggung efek jangka panjang terhadap pelaku.
“Anak-anak yang terbiasa melakukan bullying bisa tumbuh jadi pribadi agresif, bahkan rentan terlibat dalam kenakalan remaja atau tindakan kriminal,” terangnya.
“Jadi keduanya, baik korban dan pelaku sama-sama terdampak,” lanjutnya.
Langkah Sugiarto ini mendapat apresiasi dari pihak sekolah. Kepala SDN 2 Randualas, Sri Prihatin mengaku sangat terbantu dengan pendekatan langsung dari aparat TNI.
“Kami dari pihak sekolah tentunya sangat berterima kasih, karena anak-anak bisa jadi lebih paham apa itu bullying dan mengapa itu berbahaya. Dan yang paling penting, mereka mulai sadar bahwa sikap saling menghargai jauh lebih penting,” ungkapnya.
Sri menambahkan, pihak sekolah kini makin berkomitmen untuk menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan aman di SDN 2 Randualas.
“Kami bersama para guru juga merasa terdorong untuk bekerja lebih ekstra dalam mencegah bullying di sekolah,” ujarnya.
Di tengah banyaknya isu negatif yang kerap melibatkan generasi muda, langkah kecil Serma Sugiarto ini menjadi pengingat bahwa perubahan besar bisa dimulai dari ruang kelas. Dari barak ke sekolah, ia terus melangkah dengan satu tujuan: membangun generasi yang lebih berani, saling menghormati, dan bebas dari bullying.(gat)