banner 728x90

Hari Lahir Pancasila, Senator Terpilih Lia Istifhama: Lima Sila Diksi Moralitas Pondasi Kebangsaan

Img 20240601 Wa0034
banner 120x600

 

Wartamerdeka.com ||Momentum peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2024 tentu memiliki makna tersendiri bagi banyak pihak, tak terkecuali Anggota DPD RI Terpilih Jatim Lia Istifhama.

“Hari Lahir Pancasila merupakan momentum bagaimana kita generasi bangsa senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Menjadikan persatuan bangsa sebagai kewajiban yang kita pikul selamanya, bahkan sebagai salah satu bagian penguat terwujudnya Indonesia Emas Tahun 2045,” terang politisi berparas ayu yang pernah dikenal dengan beragam penghargaan itu.

Ia pun menambahkan makna deduksi kenegaraan yang muncul dalam setiap diksi Pancasila, yaitu 1) Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3) Persatuan Indonesia; 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Kelima diksi Pancasila tersebut menjadi sebuah deduksi moralitas yang sekaligus pondasi dan penguat kebangsaan. Pancasila bukan hanya melambangkan kekokohan suatu bangsa dengan lima pilar yang saling mengaitkan dan menguatkan, tapi juga reminder nilai-nilai moral bagi kita semua generasi bangsa.”

“Dimulai dari sila pertama, adalah asal muasal manusia yang mana diciptakan sebagai khalifah, pemimpin atau penjaga negeri, dengan kewajiban mengaplikasikan ibadah atau penghambaan. Ibadah yang dimaksud bukan hanya bersifat vertikal penghambaan kepada sang Pencipta, melainkan juga ibadah yang bersifat horizontal berbentuk kebaikan sesama manusia. Ini menunjukkan deduksi kewajiban luhur manusia, yaitu menjalankan fungsi sebagai makhluk religius dan sekaligus makhluk sosial.”

Berbicara keterkaitan sila pertama dan kedua, peraih suara tertinggi senator perempuan non petahana senasional itu menekankan pada aspek moralitas bangsa.

“Dari keterlekatan sila pertama dan kedua, sejatinya itulah pondasi terbentuknya moral yang baik, moral humanis generasi bangsa. Karena kita harus akui, saat ini ada begitu banyak pelanggaran ham atau kejahatan kemanusiaan berbentuk penganiyaan berujung pembunuhan, yang mana justru dilakukan anak dibawah umur. Ini sangat disayagkan, terlebih mereka melakukan kejahatan brutal karena hilangnya akal sehat akibat konsumsi miras.”

Secara gamblang, keponakan Khofifah itu pun menyebut contoh kasus pembunuhan vina dan eky di Cirebon 2016 silam dan pengeroyokan anggota perguruan silat di Gresik pada 19/5/2024 lalu.

Setelah pembentukan mental yang baik dalam diri manusia sesuai tuntuan agama dan tuntutan sosial, ia pun menerangkan kebutuhan manusia atas situasi yang menjamin kedamaian, keamanan, dan kenyamanan.

“Ketika kita berhasil memenuhi kesadaran diri atas manusia yang bermoral sesuai pondasi agama dan nilai-nilai humanis, maka step berikutnya adalah kesadaran kita atas pentingnya kedamaian, keamanan, dan harmonisasi yang mana itu terangkai dalam sila ketiga, persatuan. Dengan adanya internalisasi atas kewajiban menjaga persatuan, menjadi pondasi menolak disintegrasi bangsa.”

“Terlebih, jika dicermati kembali sila pertama dan kedua, seyogyanya generasi bangsa akan terbentuk menjadi pribadi khoirunnas anfauhum linnas, manusia bermanfaat bagi sesama yang mengedepankan kebaikan dan bertanggung jawab sebagaimana prinsip syubbanul yaum rijalul ghod,” terangnya.

Senator cantik itu pun menerangkan diksi berikutnya, yaitu realita yang harus disadari generasi bangsa, bahwa harus ada upaya mempertahankan persatuan di tengah berbagai dinamika interaksi sosial manusia.

“Dalam hubungan manusia, menjadi sebuah keniscayaan adanya perselisihan atau perbedaan. Inilah yang harus diselesaikan secara bijak, salah satunya melalui musyawarah menemukan solusi terbaik.”

Diksi terakhir menurutnya adalah berjalannya sikap adil kepada sesama yang bermuara tercapainya rasa bahagia sesama generasi bangsa, yaitu sebagaimana termaktub dalam sila kelima Pancasila.

“Adil dan bahagia, tentu dapat terwujud ketika moral kebaikan terbentuk dan dimiliki oleh generasi bangsa, sesuai diksi pertama sila Pancasila hingga sila-sila berikutnya. Dalam hal ini, terbentuk secara nyata tindakan kebaikan yang saling berbalas satu sama lain atau credit slip, yang dalam Islam disebut at-ta’awun.”

“Dari kesemua sila luhur yang tersistematis secara deduksi tersebut, maka kita pun disadarkan atas diksi kenegaraan yang seyogyanya kita patri dan kita pahami secara utuh sebagai anak bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan Pancasila seyogyanya bukan semata kepentingan sebuah bangsa, melainkan kepentingan setiap individu untuk memuliakan dirinya sendiri. Jaga Pancasila Untuk Hidup Mulia,” pungkasnya.