WMC|| Surabaya – Dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-79, Polrestabes Surabaya bersama Kampung Bebas Narkoba (KBN) Putat Jaya resmi meluncurkan tempat kursus gratis bagi anak-anak difabel dan yatim piatu, Jumat (14/6/2025)
Lokasi kegiatan bersejarah ini berada di Kupang Gunung Timur 1/14/15 Surabaya, wilayah yang dulunya dikenal sebagai area eks lokalisasi, kini bertransformasi menjadi pusat kegiatan positif dan edukatif.
Kegiatan ini tak hanya menjadi simbol pelayanan Polri kepada masyarakat, tetapi juga bentuk nyata kepedulian terhadap kelompok yang sering terpinggirkan, seperti penyandang disabilitas dan anak-anak tanpa orang tua.
Dalam sambutannya, Ketua Kampung Bebas Narkoba (KBN) Putat Jaya, Bu Darti, tak kuasa menahan haru atas sinergi yang telah terjalin. “Alhamdulillah, puji syukur saya ucapkan… Kegiatan kami sejak 26 September 2023 hingga kini tidak pernah putus. Tanpa dukungan dari Kapolrestabes Surabaya dan seluruh jajarannya, kami tidak mungkin bisa sebesar ini,” ucap Bu Darti dengan tulus.
Ia juga menyebut bahwa selain kegiatan bimbingan belajar dan salon, kursus panahan, kini hadir program terbaru yang sangat langka: pelatihan khusus untuk difabel. Sebuah langkah revolusioner dalam upaya mengubah stigma wilayah Putat Jaya menjadi pusat keberkahan dan pendidikan.
Dalam sambutannya, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Lutfi Sulistiawan menjelaskan bahwa Hari Bhayangkara bukan sekadar hari lahir institusi, melainkan momen untuk introspeksi dan pelayanan lebih baik kepada masyarakat.
“Kalau masyarakat melihat polisi, bayangannya langsung patroli atau menangkap maling. Tapi sejatinya, polisi juga punya fungsi sosial,” ungkapnya.
Kegiatan launching ini menjadi bagian dari misi tersebut. Sebagai bentuk legacy, tempat kursus ini tak hanya mengajarkan keterampilan seperti menjahit, musik, dan seni lainnya, tetapi juga memberi ruang agar para difabel dan anak-anak yatim memiliki kepercayaan diri untuk masa depan yang mandiri.
Kawasan Putat Jaya yang dahulu lekat dengan stigma negatif kini dihidupkan kembali sebagai pusat pembinaan karakter dan kreativitas. Harapannya, tempat ini akan terus menjadi simbol perubahan dan semangat gotong royong.
“Kalau bukan kita yang diberikan kelebihan untuk memperhatikan mereka (difabel dan yatim piatu), siapa lagi? Kelebihan yang kita miliki sejatinya adalah titipan,” imbuhnya.
Tak lupa, para pengurus Bhayangkari, perwakilan kecamatan, kelurahan, RW, RT, hingga tokoh agama turut mendoakan agar Polri semakin profesional, humanis, dan menjadi sahabat masyarakat.
“Kami doakan agar Kapolrestabes segera naik pangkat dan selalu diberkahi dalam tugas. Semoga Polri terus menjadi mitra masyarakat yang mendidik dan membina,” tutup Bu Darti dengan haru.
Kegiatan ini bukan sekadar seremoni, tapi tonggak harapan baru. Di balik peringatan Hari Bhayangkara ke-79, hadir nilai-nilai pengabdian, kasih sayang, dan inklusivitas. Di sinilah wajah baru Surabaya dimulai: dari tangan yang mau peduli, dari hati yang mau berbagi.(gat)