Pesawaran Lampung – Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan program pemerintah yang bertujuan mulia, membantu seluruh sekolah yang ada di Indonesia, untuk membiayai berbagai keperluan operasional, termasuk pemeliharaan sarana dan prasarana demi menunjang kegiatan belajar mengajar yang kondusif.
Dana BOS juga seharusnya digunakan untuk meningkatkan fasilitas pendidikan dan tidak untuk digunakan untuk kepentingan dan memperkaya diri sendiri.
Tapi sangat ironis, apa yang terjadi di SMA 1 Tegineneng, justru dana BOS dijadiin makan lezat untuk di korupsi dan disinyalir di lakukan oknum Kepala Sekolah Meri Juwita S.pd. M.M, Sabtu 20/12/2025.
Dugaan ini bukan hanya sekedar isapan jempol belaka, ini semua terkuak setelah tim investigasi dari media terjun langsung ke SMA 1 Tegineneng.
Ditemukan tidak adanya perawatan yang signifikan pada perawatan sarana dan prasarana sekolah pada tahun 2024, namun dalam SPJ, SMA 1 Tegineneng telah mengganggarkan sebesar Rp 191.169.000.
Selain dari SPJ untuk sarana dan prasarana yang mencolok, juga hal lainnya yang menjadi kecurigaan seperti.
Pengembangan perpustakaan dan/atau layanan pojok baca tahap 1 Rp 22.418.200 tahap 2 Rp 35.200.000 jumlah Rp 57.618.000.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan bermain tahap Rp 19.880.000 tahap 2 Rp 10.970.000 jumlah Rp 30.850.000.
Pelaksanaan kegiatan evaluasi/asesmen pembelajaran dan bermain tahap 1 Rp 22.731.800 tahap 2 Rp 43.401.000 jumlah Rp 66.132.000.
Pelaksanaan administrasi kegiatan Satuan Pendidikan tahap 1 Rp 48.258.450 tahap 2 Rp 49.779.150 jumlah Rp 98.039.600.
Langganan daya dan jasa tahap 1 Rp 8.644.550 tahap 2 Rp 19.147.000 jumlah Rp 27.791.550.
Penyediaan alat multimedia pembelajaran tahap 1 Rp 4.800.000 tahap 2 Rp 0.
Tidak hanya dugaan penyelewengan Dana Bos, wali murid juga keluhkan adanya pemaksaan untuk pembelian baju seragam/kaos olahraga dan pemotongan PIP siswa-siswi sebesar Rp 100-150 per siswa.
Tiwi adalah sumber yang telah disamarkan namanya, ibu Tiwi ini adalah orang tua dari murid kelas 12.
“iya mas, saya berani bersumpah kalau dana PIP anak saya pernah di potong Rp 100, tapi aja juga yang sampai 150 ribu, kalau keberatan ya jelas keberatan saya mas, duit segitu kan bisa saya belikan peralatan sekolah” ungkap ibu Tiwi dengan kesal.
Dari sumber lainnya “anak saya baru masuk tahun ajaran ini um, tapi kok dipaksa beli seragam dari sekolah ya, padahal saya kan bisa beli di luar sekolah”ujarnya.
Harapan mereka sebagai orangtua siswa agar dunia pendidikan tidak dijadikan ajang bisnis atau ladang untuk memperkaya diri sendiri “saya berharap SMAN 1 Tegineneng ini bisa maju, jangan sampai di pimpin Kepada sekolah yang korup, saja juga berharap Aparat Penegak Hukum dari provinsi bisa turun dan mengkroscek SMAN 1 Tegineneng agar sekolah ini bersih dari orang-orang yang rakus dengan uang,” ujarnya dengan nada prihatin.
Sementara oknum Kepala Sekolah SMAN 1 Tegineneng Meri Juwita, dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp tidak menjawab, hingga berita ini di tayangkan, kepala sekolah belum berikan hak jawab.
Fauzi BN








