Jakarta – Pameran lukisan dengan perspektif abstrak kembali digelar di V&V Gallery, Jakarta. Pameran lukisan ini dibuka pada 16 April 2024. Pameran lukisan bertema, “Abstrac Perspective ; Colors in Motion”, diselenggarakan pada 16 Maret 2024 hingga 28 April 2024. Pameran ini menyajikan sebuah eksplorasi dinamis dalam permainan antara warna dan peristiwa dari alam nyata yang dituangkan dalam seni lukis abstrak. Para perupa yang berpartisipasi dalam pameran ini adalah : Elka Alva, Friski Jayantoro, Gogor Purwoko, Qimin Via, dan Wopskin.
Kaya Garis Warna
Elka Elva menampilkan lukisannya antara lain berjudul : Apa Kamu Benar-Benar Menangis? Juga lukisan bertema I Can’t Wait, dll. Sedangkan Friski Jayantoro menampilkan lukisan antara lain berjudul : Looking for Loopholes. Juga bertema Hujan Melingkar, dll. Gogor Purwoko menampilkan lukisan abstrak antara lain berjudul : Jaga Nyala, Spiritual Hunger, dll. Qimin menampilkan lukisan antara lain berjudul : Purple Hills, Sebut Saja Mawar, dll. Dan Via menampilkan lukisan antara lain berjudul : Cracks, Make It Gold; Brutally In Love, dll. Dan Wopskin menampilkan lukisan antara lain berjudul Egoisme, Overthinking, dll. Keenam pelukis abstrak ini tampak mahir dan berani memainkan sapuan warna, garis serta efek lain dalam lukisan yang membuat lukisan tampak elegan, misterius, dinamis, dan hidup.
Perspektif Yang Luas
Gogor Purwoko yang turut hadir dalam pameran tersebut menyapa para pengunjung pameran, memaparkan refleksi ketubuhan dalam lukisan berjudul Spiritual Hunger. Tubuh yang letih karena adanya tensi dari sistem yang masuk dengan kemudahan. Sehingga hal tersebut justru menimbulkan titik-titik tertentu dalam tubuh yang tidak bebas. Lukisan ini merefleksikan tentang kerinduan tubuh pada sesuatu di luar tubuh. “Tubuh kita lebih membutuhkan nilai-nilai spirit, ” jelas Gogor menjelaskan inti lukisan Spiritual Hunger. Dalam lukisan berjudul Jaga Nyala, Gogor merefleksikan simbol tradisi. Garis-garis dalam lukisan itu diambil dari tradisi. Ada nyala yang tampak. Dan tradisi yang menjaga nyala itu.
Lebih jauh tentang karya lukisan abstrak, Gogor menjelaskan bahwa dalam menerjemahkan karya lukisan abstrak, karya semacam ini memberikan kebebasan, keluasan dalam menerjemahkannya. Karya lukisan abstrak memotong informasi yang ada dengan interaksi yang terjadi. Pengalaman melihat karya lukisan adalah hal yang penting untuk membangun perspektif yang dilihat.
Gogor menjelaskan bahwa sebenarnya banyak pola ragam garis abstrak dalam karya lukisan, seperti contohnya gambar bunga dalam batik. Masyarakat bebas mempersepsikan karya tersebut. Karya lukisan abstrak membebaskan penontonnya untuk mengapresiasi karya tersebut. Bahkan penonton bisa lebih luas mengapresiasi sebuah karya lukisan abstrak dari seniman yang membuatnya. “Membuka ruang imajinasi, kecerdasan, kemungkinan hal tersebut terjadi, ” papar Gogor tentang kebebasan publik mengapreasi karya lukisan abstrak. (Yohana Sri W.)