Jakarta- wartamerdeka.com , “Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu, menyoroti langkah Presiden Prabowo Subianto dalam menangani kasus utang proyek kereta cepat Whoosh.
Said Didu mencurigai bahwa pernyataan Prabowo yang menegaskan tanggung jawab penuh pemerintah atas utang tersebut bisa menjadi tanda melemahnya peran Purbaya Yudhi Sadewa, pejabat yang selama ini vokal mengungkap berbagai kejanggalan dalam proyek itu.
Menurutnya,sikap Prabowo yang meminta agar isu utang Whoosh tidak dipolitisasi justru terkesan seperti “mencabut taring” Purbaya. Ia menilai, Purbaya sebelumnya berani bersuara mengenai potensi masalah besar dalam pengelolaan utang proyek tersebut, namun kini seolah kehilangan ruang untuk berbicara terbuka. “Taring Purbaya untuk perbaikan dan membuka kasus mulai dicabut,” tulis Said dalam pernyataannya di akun X miliknya.
Said Didu juga mempertanyakan motif di balik langkah cepat Prabowo mengambil alih isu ini. Ia menduga ada upaya untuk menenangkan situasi politik sekaligus menghindari sorotan publik yang lebih tajam terhadap proyek Whoosh dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Pertanyaannya, untuk siapa sebenarnya langkah ini dilakukan? Apakah untuk rakyat, atau untuk melindungi pihak tertentu?” lanjutnya.
Kritik Said tersebut muncul di tengah meningkatnya perhatian publik terhadap nilai utang besar proyek kereta cepat serta beban pembayaran yang mencapai triliunan rupiah per tahun. Prabowo sebelumnya telah menyatakan bahwa pemerintah siap membayar cicilan utang sebesar Rp12 triliun per tahun, bahkan menyebut akan menggunakan dana hasil rampasan koruptor untuk meringankan beban tersebut.
Namun, pernyataan ini justru menimbulkan perdebatan baru di kalangan pengamat ekonomi dan politik. Banyak pihak menilai bahwa transparansi terkait asal-usul dana dan skema pembayaran proyek strategis nasional seperti Whoosh sangat penting agar tidak menimbulkan kecurigaan bahwa ada kepentingan tertentu di balik langkah pemerintah tersebut.








