Di suatu desa yg asri tinggalah anak lelaki bersama kakek dan neneknya. Sebelumnya di usia 2 tahun Ibundanya juga adiknya meninggal sedangkan Ayahnya blm ada 1 tahun menikah lagi. Namun sungguh malang nasib anak laki-laki itu karena ayah dan ibu tirinya tidak mau merawatnya,menurut perkataannya ibu tirinya mLu klo perawan dapat duda anak 2 sedangkan anak laki laki itu butuh kasih sayang dari seorang ayah.
Pada pagi hari anak lelaki itu mengikuti Ayahnya dan sang ayah tidak mau iya ikuti karena istri barunya tidak ingin anaknya ikut. Sang ayah menyiksa anak laki laki itu yang mengejar dan mengikuti ayahnya. Anak lelaki itu di siksa di cambuk pakai ranting yg ada di jalanan tepatnya di kali sat (jalan di lereng sungai lukulo sebelum di pedukuhan kalipenggung). Anak laki-laki itupun menangis kemudian bibi adik daripada Ayahnya datang menolongnya dan menggendongnya di bawa kembali pulang di pedukuhan (clebok) pedukuhan di desa Karangreja Kebumen.
Anak laki-laki itu menjadi rebutan antara Kakek orang tua dari almarhumah bundanya dan Nenek dari Ayahnya. Keluarga Dari Ayahnya tidak ingin Anak laki-laku itu tinggal bersama Orang Tua dari Almarhumah ibundanya sebab Nenek menduga kuatir cucunya ada apa apa sebab kekayaan orang tua almarhumah tidaklah wajar,orang tua almarhumah ibundanya sosok orang terpandang di jamannya.
Singkat berjalannya waktu anak laki-laki itu pun dewasa dan mulai ingin mengenal wanita namun anak laki laki itu pemalu tiap hari memperhatikan sosok gadis anggun berambut panjang yg selalu di rumah tidak kemana mana tidak seperti kebanyakan wanita yg lain dan anak laki laki itu selalu mendambakan sosok gadis poni berambut panjang yang konon penampilannya seperti almarhumah ibundanya yang telah tiada.
Suatu hari anak lelaki itupun beranikan diri mengutarakan isi hatinya lewat selembar surat. dari kegigihan dan usaha laki laki itu mendapatkan cintanya luluhlah hati si gadis hingga ke jenjang pernikahan.
Anak laki laki itupun merasakan bahwa baru saat ini ia merasakan kebahagiaan di sayang dan menyayangi tanpa memandang fisik,dan matreri. Rumah tangga yg harmonis meski susah hingga di karuniai anak lelaki di saat suasana jelang lebaran sang putra lahir dan di usia anak 17 tahun lahirlah adik perempuan.
Akan tetapi kebahagiaannya tidak berjalan lama dan kebahagiaan di rasakan cuma 21 tahun sang istri yg ia sayangi,cintai,bahkan melebihi diri sendiri ia di anggap sosok wanita pengganti kasih sayang ibundanya yang belum ia dapatkan sang istri harus memenuhi panggilan ilahi,panggilan sang pencipta harus berpisah dengan anak laki laki usia 19 tahun dan seorang anak perempuan usia 1 tahun 8 bulan.
Hancur perasaan lelaki yg sudah menjadi ayah. berulang kali berfikir untuk mengakhiri hidupnys namun takut dosa hingga nekat mengendarai motor di pagi hari jam 02.30 di mana tempat itu rawan bermaksud ingin menantang maut bahkan di lintasan ia membentak rombongan pengendara yg seperti liar tak berhelm,namun tak satupun yang terpancing dengan umpatan,caciannya .
Bagai mayat hidup,dan hudup penuh duka. Kawan kawan yg baik terus menasehati ingat anak ingat anak jangan tinggalkan anak kemudian iapun teringat pesan dari almarhumah istrinya agar jangan jauh jauh dengan anak kita.
Hidup bersama duka dan tetesan air mata dan seolah olah airmatapun takan pernah habis habis hampir setiap hari menetes bagai mata air. baginya iya hidup karena ke 2 anak laki laki dan perempuannya.
Ia sadar dirinya milik sang pencipta apapun yg ia punya juga kepunyaan sang pencipta
Bertemanlah dengan org baik,cara mendapat penghiburan. Yaitu dengan berdzikir atau mengingat Allah. “. . . Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (Qs 13:28).
Teringat saat mengaji dan dengarin ceramah ada 3 jenis dzikir. Yaitu:
Dzikir hati: dengan mengingat Allah dan berbagai nikmat-Nya.
Dzikir lisan: dengan menyebut Allah dan membaca ayat-Nya.
Dzikir amal: mengingat Allah dengan berbuat baik.