Jakarta|wartamerdwka.com – Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp16.422 per dolar AS pada Kamis (20/6). Mata uang Garuda melemah 56 poin atau minus 0,35 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah ke posisi Rp16.420 per dolar AS pada perdagangan sore ini.
Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah setara dengan Rp 16.365 per dollar AS pada 19 Juli 2024. Sementara itu, pada periode yang sama tahun lalu, kurs rupiah masih setara Rp 14.995 per dollar AS. Dengan demikian, rupiah sudah melemah sekitar 9,14 persen dalam kurun waktu satu tahun.
Badan Pimpinan Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (BP ISMEI), Muh. Fachri Dangkang Mengatakan,” Depresiasi Rupiah yang terjadi saat ini sangat mengkhawatirkan, Walaupun menteri keuangan dan Gubernur Bank Indonesia mengatakan indikator makro ekonomi masih stabil. Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini akan berdampak pada beberapa waktu kedepan jika tidak ada tindakan solutif dari pemerintah.”
Fachri mengatakan, dampak dari pelemahan rupiah utamanya bakal dirasakan oleh para pelaku usaha. Biaya produksi pelaku usaha berpotensi meningkat, seiring dengan meningkatnya harga komoditas dasar yang diimpor dari luar negeri.
“dampak yang akan terjadi ketika pelemahan rupiah ini berkepanjangan. Menurutnya, dampak signifikan akan terjadi kepada sektor riil yang banyak memanfaatkan bahan baku impor, baik itu industri manufaktur maupun infrastruktur sampai masyarakat umum sebagai konsumen.” Ujarnya.
Selain itu, depresiasi rupiah juga bakal berdampak terhadap biaya pembayaran utang luar negeri yang lebih besar.”pelemahan rupiah yang terjadi mengakibatkan beban utang luar negeri semakin berat sehingga pemerintah harus cepat meredam pelemahan yang terjadi,” ujar Fachri. (Editor : Wmc/Manwen)