banner 728x90

Film Believe. Diantara Takdir, Mimpi dan Keberanian

Img 20250628 Wa0065
banner 120x600

 

WMC||Surabaya,- Film Believe kini merilis trailer dan poster resmi kedua yang menampilkan sisi lebih dalam dan emosional dari perjuangan keluarga para prajurit.

Disutradarai Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana, trailer terbaru ini menyoroti perjalanan batin Agus (Ajil Ditto), seorang anak yang tumbuh tanpa memahami alasan sang ayah, Sersan Kepala Dedi (Wafda Saifan), rela terus meninggalkan keluarga demi bertugas di medan perang.

Ketidakpahaman itu, justru mendorong Agus memilih jalan yang sama, yakni menjadi seorang prajurit.

Bukan untuk membuktikan dirinya, tetapi untuk memahami ayahnya dan mengejar takdir yang selama ini mengganggu batinnya.

Sosok Evi (Adinda Thomas), istri yang setia menunggu dan memeluk harapan dalam diam, menjadi sorotan utama dalam trailer itu.

Ia digambarkan sebagai potret banyak perempuan Indonesia kuat dalam kesendirian, tangguh dalam ketidakpastian.

Di sisi lain, karakter ibu mertua Agus yang diperankan Maudy Koesnaedi tampil tegas sekaligus tenang, sebagai penjaga nilai-nilai keluarga dan saksi bisu dari pengorbanan yang dilakukan secara senyap.

“Trailer dan poster kedua itu adalah hati dari film Believe,” kata produser Celerina Judisari.

“Film ini bicara kepada kita semua tentang ayah yang berkorban dalam diam, ibu dan istri yang tetap berharap meski tanpa kepastian, serta anak-anak yang ingin memahami orang tuanya. Ini film tentang mimpi, takdir, dan keberanian dalam bentuk yang paling manusiawi,” tambahnya.

Believe, kata Celerina, bukan sekadar film laga perang penuh aksi visual spektakuler.

Menurutnya, film itu adalah refleksi tentang luka yang diwariskan, mimpi yang diperjuangkan, dan cinta yang bertahan di tengah konflik.

Film tersebut tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada 24 Juli 2025.

Agus (Ajil Ditto) tumbuh dalam bayang-bayang sang ayah, Sersan Kepala Dedi (Wafda Saifan), seorang prajurit yang ikut bertempur dalam Operasi Seroja tahun 1975.

Meskipun sang ayah telah berkorban begitu banyak, pengabdiannya justru meretakkan keluarganya. Pasalnya, Ibu Agus pergi karena tak tahan hidup dalam ketidakpastian, meninggalkan luka dan amarah di hati Agus kecil.

Di tahun 1984, Agus remaja tumbuh menjadi sosok pemuda yang penuh gejolak, mudah marah, dan kehilangan arah.

Namun saat sang ayah wafat, Agus mulai menemukan potongan kisah yang selama ini tak pernah diceritakan. Kisah tentang keberanian, pengabdian, dan pengorbanan. Dari situ, Agus memutuskan untuk mengikuti jejak sang ayah menjadi seorang prajurit.

Perjalanan Agus tak mudah. Ia harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari penolakan, kegagalan, hingga ketakutan akan masa lalu yang terus menghantuinya.

Hingga akhirnya, takdir membawanya berhadapan langsung dengan Miro (Marthino Lio), pemimpin separatis yang pernah menjadi musuh ayahnya.

Di tengah kobaran api perang dan dilema batin, Agus belajar tentang keberanian, keluarga, dan harga yang harus dibayar dari sebuah pengabdian.

Namun, di medan perang, tidak semua pertarungan bisa dimenangkan dengan senjata. (gat)