Jakarta – Memeriahkan bulan Ramadan 2024, sebuah pameran lukisan bertema “Ramadan Pun Berwarna” digelar di ITC Kuningan, Jakarta pada 19 Maret 2024 – 31 Maret 2024. Pameran tersebut resmi dibuka oleh Katarina, Dirut ITC Kuningan, pada 19 Maret 2024. Pameran ini merupakan estafet dari pameran lukisan yang telah diselenggarakan di ITC BSD.
Pameran tersebut diikuti oleh 27 orang perupa di Jabodetabek. Mereka adalah : Adjar Utomo, Afit Ruseno, Bambang Supriadi, Budi Utomo, Budianthini, Day Hidayat, Ernawan Pringgodo, Ireng Halimun, Jan Praba, Jenny Mahastuti, Klemens Haw, Lilik Subekti, Liza Arne, Melky Runtu, M.Fathoni, M. Hadi Santoso, M. Solech, Nadia Iskandar, Novandi, Nurdin Yusup, Nuryanah, Ray Rachmah, Suwiyati, Syafril Cotto, Syanellom Yuma, Wayan Sudana, Yusuf Dwiyono.
Novandi, Ketua pameran menuturkan bahwa tujuan penyelenggaraan pameran ini selain sebagai implementasi kerja sama dengan ITC Kuningan, juga menjadi media untuk membuka wawasan masyarakat tentang bagaimana seni rupa. Selama ini pameran lukisan masih identik dengan galeri. Mal menjadi area untuk memasyarakatkan agar lukisan dikenal di masyarakat.
Selain pameran lukisan, dalam acara ini diselenggarakan juga workshop lukisan pada Minggu, 24 Maret 2024, dan talkshow pada Minggu, 31 Maret 2024. Dalam workshop akan diajarkan bagaimana teknik melukis , yang dipandu oleh para perupa. Panitia menyediakan kanvas gratis. Selebihnya diharapkan masyarakat membawa peralatan melukis masing-masing. Workshop ini terbuka bagi para siswa dan masyarakat umum.
Beragam Judul Lukisan
Tema pameran ini sengaja dipilih Novandi dengan tujuan agar lukisan yang dipamerkan tidak melulu bernuansa Islami, karena diselenggarakan pada bulan Ramadan. Karena itulah beragam judul dari berbagai aliran lukisan ada dalam pameran ini. Salah satu lukisan yang dipamerkan adalah milik Novandi yang berjudul Ibu Batik Nusantara. Lukisan tersebut merefleksikan tentang motif batik sejak zaman Kendedes yang diturunkan hingga saat ini. batik dari sisi spiritual dalam Islam ternyata masih terkait dengan konsep istiqomah. “Karena motif batik itu berulang. Kalau di Islam, mengulang itu sama dengan istiqomah, ” jelas Novandi.
Melalui pameran ini diharapkan agar masyarakat tidak memandang bahwa lukisan sebagai sesuatu yang ekslusif yang hanya bisa didapati di ruang galeri. Selama ini masih banyak masyarakat yang belum paham bahwa lukisan dan gambar printing adalah hal yang berbeda. Karena itulah harganya juga berbeda. Dalam pameran ini lukisan yang dijual berkisar dari harga 2,5 juta hingga 30 juta rupiah. Pameran ini juga menjadi sarana jemput bola bagi pemasaran lukisan para perupa.
Pameran Berkualitas
Sekalipun pameran diselenggarakan di mal, tetapi kualitas lukisan menjadi hal utama. “Bukan pelukis ecek-ecek. Kami berusaha untuk down to earth,”jelas Ireng Halimun, kurator pameran.
Ireng menyampaikan hal senada terkait mengapa pameran diselenggarakan di mal. Pameran ini merupakan langkah awal untuk menciptakan ruang pameran di ruang publik. Apresiasi masyarakat terhadap karya seni rupa perlu dibangun. Para perupa yang ikut dalam pameran ini diberi kebebasan untuk memamerkan 3 buah karya mereka, serta kebebasan menyeleksi karya yang dipamerkan. (Yohana Sri W.)