WMC ||SURABAYA, — Pemerintah Australia bersama dengan Indonesia terus berkomitmen untuk meningkatkan manajemen risiko bencana dalam upaya pencegahan dampak bencana yang terjadi di Indonesia.
Hal tersebut kembali diwujudkan dengan kegiatan pemantauan bersama di empat daerah di Jawa Timur, Selasa 3 September sampai 5 September 2024. Empat daerah itu adalah Pacitan, Sampang, Pasuruan dan Lumajang.
Ada beberapa narasumber kegiatan JMM Program Siap Siaga 2024 yang turut hadir dalam acara tersebut diantaranya,
1) Gatot Soebroto SE, M.PSDM, Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur.
2) Drs. Benny Sampirwanto.M.Si, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Sekda Provinsi Jatim.
3) Dr. Raditya Jati, Deputi Bidang Sistem dan Strategi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
4) Steve Scott, Interim Consul General, the Australian Consulate General Surabaya.
5) Catherine Meehan, First Secretary Humanitarian, Kedutaan Besar Australia di Indonesia.
6) Lucy Dickinson, Team Leader SIAP SIAGA Team Leader Program SIAP SIAGA.
Team Leader Siap Siaga, Lucy Dickinson mengatakan, dalam penanggulangan bencana ini diperlukan kerja sama semua pihak. Mulai dari pemerintah sampai lapisan masyarakat.
Jawa Timur sendiri menjadi pilihan karena cukup banyak potensi ancaman bencana yang dapat terjadi. Mulai dari banjir, gempa bumi, erupsi gunung berapi dan banyak lagi. Nah dalam menghadapi ancaman tersebut, Jatim memiliki banyak program yang dianggap bisa jadi pembelajaran bersama, Selasa (3/9/2024).
“Tujuan utama kegiatan ini melihat progres Siap Siaga dan melihat pembelajaran, serta menentukan keputusan ke depan, dan merangkum inovasi yang ada untuk diadopsi ke daerah lain,” ujar Lucy.
Dari situ kemudian, lanjut Lucy, pihaknya juga bisa membantu pemerintah dalam penyusunan RPJMN maupun RPJMD dalam penganan bencana.
Dalam hal ini, pihaknya menggandeng berbagai pihak. Termasuk penyandang disabilitas. Menurutnya, selama ini penyandang disabilitas selalu tertinggal dalam hal penanggulangan bencana sehingga tidak siap ketika bencana terjadi.
“Kita memastikan tidak ada yang tertinggal dalam upaya penanggulangan bencana. Kita berdayakan semua elemen masyarakat dalam penanggulangan bencana,” tegasnya.
Karena itu, dalam kegiatan ini akan ada talk show terkait sistem penanggulangan bencana, lalu diskusi terkait keberlanjutan Rumah Resiliensi di Jatim, serta sesi kunjungan lapangan untuk melihat dan belajar terkait Desa Tanggap Bencana (Destana).
Sementara itu, Steve Scoot selaku Head of Post Konsulat Jenderal Australia di Surabaya menyampaikan, Pemerintah Australia menganggap penanggulangan bencana ini merupakan isu penting di tengah ancaman iklim yang terjadi di dunia. Khususnya Indonesia dan Australia yang saling berdekatan.
“Bagian penting program ini adalah memastikan risiko bencana alam bahwa bencana terjadi tergantung kesiapan kita. Bagaimana kita bisa bekerja dengan masyarakat memberi pemahaman agar masyarakat siap siaga menghadapi bencana alam agar kerusakan dan kerugian itu dapat ditekan bahkan tidak ada,” tutur Steve.
Sementara itu, Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Raditya Jati kerja sama ini merupakan komitmen bersama dalam rangka penanggulangan bencana.
Dalam rangka itu, ia menjelaskan bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Keterlibatan masyarakat menjadi penting karena bencana dapat ditanggulangi dengan kesiapsiagaan masyarakat.
“Bencana ini sebetulnya tidak ada, tapi ancaman fenomena alam. Kalau terdampak baru disebut bencana. Bencana itu ulah kita karena kita tidak mampu, maka perlu komunitas yang membangun kesiapsiagaan. Program Siap Siaga ini menukik langsung ke masyarakat dan membangun resiliensi di masyarakat,” jelas Radit.Dari hasil misi pemantauan di Jatim, Radit mengatakan, akan diadopsi dan diterapkan di daerah lain dengan kebudayaan yang ada,” pungkasnya.
(gtt)