SARAU, dalam bahasa adat orang Galela memiliki arti yaitu “kain penutup/ikat kepala”. di Galela ada beberapa tipe sarau yang sering digunakan oleh masyarakat Galela dalam kehidupan sehari-hari.
Tipe-tipe sarau pada orang Galela yaitu;
- Sangaji ma sarau ; penutup/ikat kepala pemimpin wilayah,
- Kimalaha ma sarau ; penutup/ikat kepala pemimpin kampung,
- Leti-leti ma sarau ; penutup/ikat kepala pemimpin adat
- Sowohi ma sarau ; penutup/ikat kepala pelayan pemimpin adat
- Kapita ma sarau ; penutup/ikat kepala pemimpin perang
- Hulubalang ma sarau ; penutup/ikat kepala prajurit perang
- Kawasa ma sarau ; penutup/ikat kepala masyarakat.
Sarau juga mempunyai beberapa istilah dalam bahasa adat Galela seperti yang dicatat dalam kamus bahasa Galela-Belanda oleh Van Baarda (Galelareesch-Hollandsch;1895) yaitu ; Sahe ma bobiliku (ikat kepala dari kain), dastari (ikat kepala pemuka adat), lopu-lopu (ikat kepala dari sarung), dan o’gotola ma pote (ikat kepala gaya jambul burung kakatua). Sarau juga sebagai simbol amanah, dan tanda restu bagi yang memakainya. Di Galela sarau sebagai tanda kedudukan seseorang dalam struktur sosial masyarakat.
1). Seperti Sangaji memakai sarau berwarna putih bermotif/corak, 2). Kimalaha memakai sarau berwarna putih tidak bermotif/corak, 3). Leti-leti memakai sarau berwarna hitam bermotif/corak, 4). Sowohi memakai sarau berwarna hitam tidak bermotif/corak, 5). Kapita memakai sarau berwarna merah bermotif/corak, 6). Hubalang memakai sarau berwarna merah tidak bermotif/corak, dan 7). Kawasa memakai sarau berwarna apa saja selain dari warna yang disebut diatas.
Sarau juga tidak dipakai serta-merta oleh seseorang ada prosesi adat yang harus dijalankan oleh orang yang telah dipilih atau telah dianggap bisa untuk mengenakan sarau. Dalam prosesi adat memakai sarau harus menjalankan dua prosesi adat yaitu tradisi “Mapalako” dan tradisi “Konofo”.
Tradisi ini bisa dibaca dalam buku “The Jonah Legend” yang ditulis oleh seorang peniliti dari Inggris bernama William Simpon (1823-1899) pada halaman 51, yang membahas soal ikat/penutup kepala orang Galela. Tradisi Mapalako adalah tradisi inisiasi bagi para pemuda yang sudah dianggap akil baligh dimana pemuda itu sudah bisa berburu dan membunuh musuh serta dapat bertanggung jawab menjaga keluarga dan sukunya (Baca postingan saya soal tradisi ini). Sedangkan tradisi Konofo adalah sebuah tradisi pelantikan atau pengangkatan seseorang yang dianggap telah layak untuk mengenakan sarau dan diakui oleh masyarakatnya.
Mungkin itu sedikit ulasan soal sarau orang Galela agar dapat menambah khazana sejarah. Selebihnya saya bersyukur jika narasi sejarahnya benar maka itu datangnya dari “Jou tallah” dan jika narasi sejarahnya memiliki kekurangan maka itu dari diri saya sendiri. Maka dari itu kritik, saran dan masukkan yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan untuk menjadi bahan evaluasi saya kedepannya. Syukuru idala-dala.
Narasi oleh: Muhammad Diadi, – editor: Harun Gafur
Mamuya, 40 Mei 2025,_ChatGTP: Pria Galela Memakai Sarau